Cari

Minggu, 16 Desember 2012

MACAM - MACAM ADOBE

ADOBE PHOTOSHOP
 

Adobe photoshop, Nama itu sudah tidak asing lagi ditelinga kita apalagi bagi anda pencinta desain grafis. Software ini adalah salah satu aplikasi yang sangat populer sebagai pengolah gambar bitmap. Mungkin anda belum tau sejarah awal-awal kehadiranya di dunia teknologi informasi, artikel berikut akan menceritakan kepada anda sejarah perkembangan dari pertama dikembangkan.

Adobe Photoshop, atau biasa disebut Photoshop, merupakan perangkat lunak editor citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader) untuk perangkat lunak pengolah gambar/foto, dan, bersama Adobe Acrobat, dianggap sebagai produk terbaik yang pernah diproduksi oleh Adobe Systems. Versi kedelapan aplikasi ini disebut dengan nama Photoshop CS (Creative Suite), versi sembilan disebut Adobe Photoshop CS2, versi sepuluh disebut Adobe Photoshop CS3 , versi kesebelas adalah Adobe Photoshop CS4 , versi keduabelas adalah Adobe Photoshop CS5 , dan versi yang terakhir (ketigabelas) adalah Adobe Photoshop CS6.

Photoshop tersedia untuk Microsoft Windows, Mac OS X, dan Mac OS; versi 9 ke atas juga dapat digunakan oleh sistem operasi lain seperti Linux dengan bantuan perangkat lunak tertentu seperti CrossOver.

Seorang profesor dari Michigan (USA) bernama Glenn Knoll membuat sebuah eksperimen untuk mengolah foto secara digital pada tahun 1987. Dengan alat seadanya, sang professor bekerja keras di ruang gelap milik pribadi. Beliau memiliki dua orang anak yang bernama John Knoll dan Thomas Knoll. Kedua anak tersebut meneruskan cita-cita Glenn Knoll untuk membuat sebuah program pengolah gambar secara digital tersebut. Versi pertama diliris oleh Adobe pada tahun 1990. Versi awal Photoshop yang diberi nama “Knoll Software” diliris sebelum kerjasama denganAdobe resmi dibuat. Photoshop versi pertama ini berukuran 1.4MB. Lebih jauh, aplikasiPhotoshop 0.63 lengkap dengan manual online dapat disimpan dalam disket dan bahkan masih menyisakan 200kb di dalam “disk space” bebas.
Meskipun pada awalnya Photoshop dirancang untuk menyunting gambar untuk cetakan berbasis kertas Photoshop yang ada saat ini juga dapat digunakan untuk memproduksi gambar untuk (World Wide Web). Beberapa versi terakhir juga menyertakan aplikasi tambahan, (Adobe ImageReady),untuk keperluan tersebut. Photoshop juga memiliki hubungan yang erat dengan beberapa perangkat lunak penyunting media, animasi, dan authoring buatan adobe lainnya. File format asli Photoshop, .PSD, dapat diekspor ke dan dari Adobe ImageReady, Adobe illustrator, Adobe Premiere Pro, Adobe After Effect dan Adobe Ecore DVD untuk membuat DVD professional, menyediakan penyuntingan gambar non-linear dan layanan dan special effect seperti background, tekstur, dan lain-lain untuk keperluan televisi, film, dan situs web. Photoshop dapat menerima penggunaan beberapa model warna yaitu :
  1. RGB color model,
  2. Lab color model,
  3. CMYK color model,
  4. Grayscale,
  5. Binary imageBitmap,
  6. Duotone.
Versi terbaru dikeluarkan, yang dirilis pada tahun 2005, adalah versi 9. Program ini dipasarkan dengan nama “Photoshop CS2”. CS merefleksikan intergrasi produk Photoshop dengan aplikasiAdobe Creative Suite buatan Adobe dan disebut”2” karena program ini adalah versi rilis ke-2 sejak adobe mengintergrasikan kedua produk. Ada beberapa tambahan pada Photoshop CS2 seperti “multiple layer selecting” dan “warp”, versi kurva dari “transform tool” dan “color replacement tool”, yang sebelumnya hadir sebagai “plug-in”. Untuk para penggemar fotografi,Adobe menyediakan filter “reduce grain”(mengurangi grain) yang dapat membantu mengoptimalkan foto yang diambil pada kondisi kekurangan cahaya.

Untuk memperjelas perbedaan produk CS dengan produk-produk photoshop sebelumnya, Adobe menghilangkan lambang mata photoshop, yang dipresentasikan dalam bentuk yang berbeda-beda sejak versi 3 sampai 7. Photoshop Cs dan CS2 kini menggunakan bulu sebagai ikon dan bentuk identifikasi. Versi Photoshop CS3 telah diliris untuk pengguna CS2. Berbeda dengan Photoshop CS danCS2 yang menggunakan bulu sebagai logonya, Logo untuk edisi ketiga ini berbentuk tipografi, dengan huruf ‘PS’ berwarna putih dan berlatar belakang biru-gradient. Versi terakhir dilengkapi dengan “Adobe Camera RAW”, sebuah plugin yang dikembangkan oleh Thomas Knoll yang dapat membaca beberapa format file RAW dari kamera digital dan mengimpornya langsung kePhotoshop. Versi awal RAW plugin ini juga tersedia untuk Photoshop 7.0.1. 
Secara Photoshopadalah sebuah program penyunting gambar standar indrustri yang ditunjukan untuk para professional “raster grafik”, harga yang ditawarkan pun cukup tinggi. Keadaan ini memancing beberapa programmer untuk merancang peralatan grafik (grafik tools) dengan harga yang lebih terjangkau. Untuk menghadapi persaingan ini, dan untuk menghadapi pembajakan produk yang dimiliki, Adobe memperkenalkan Photoshop Elements, sebuah versi lain dari Photoshop yang lebih minimalis, pembajakan produk, Adobe memperkenalkan Photoshop Elements, sebuah versi lain dari Photoshop yang lebih minimalis, dengan harga terjangkau dibawah. Produk ini ditunjukkan untuk pengguna rumahan dan menghilangkan beberapa fitur professional.

Photoshop memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis gambar berformat raster danvector seperti, .png, .gif, .jpeg, dan lain-lain. Photoshop juga memiliki beberapa format file khas .PSD(“Photoshop Document”) format yang menyimpan gambar dalam bentuk “layer”, termasuk teks, “mask”, “opacity”, “blend mode”, “channel warna”, “channel alpha”, “clipping paths”, dansetting duotone. Kepopuleran photoshop membuat format ini digunakan secara luas, sehingga memaksa programmer program penyunting gambar lainnya menambahkan kemampuan untuk membaca format PSD dalam perangkat lunak mereka. “.PSB” adalah versi terbaru dari PSDyang didesain untuk file yang berukuran lebih dari 2 (dua) GB. “.PDD” adalah versi lain dari PSDyang hanya dapat mendukung fitur perangkat lunak PhotoshopDeluxe.

Pada masa revolusi digital di tahun 90-an, photoshop menjadi standart didunia indrustri. Misalkan, seorang fotografer yang menggunakan program ini untuk mengoptimalkan hasil akhir foto yang mereka ciptakan. Dengan kehadiran tablet grafik, terutama dari Wacom, program seperti adobe Photoshop dan Corel Painter semakin dibutuhkan untuk menciptakan gambar orisinal.

ADOBE PREMIERE

Adobe Premiere Pro adalah sebuah program penyunting video. Ia adalah bagian dari Adobe Creative Suite, sebuah rangkaian dari desain grafis, video editing, dan pengembangan aplikasi web yang dibuat oleh Adobe Systems. Premiere Pro mendukung banyak kartu video editing dan plug-in untuk percepatan proses, tambahan mendukung format file, dan video / audio efek. Premiere Pro CS4 adalah versi pertama yang akan dioptimalkan untuk 64-bit sistem operasi meskipun tidak natively 64-bit.


Premiere Pro merupakan penerus untuk mendesain ulang Adobe Premiere, dan diluncurkan pada tahun 2003. Premiere Pro merujuk ke versi dirilis pada tahun 2003 dan kemudian, sedangkan Premiere merujuk pada rilis sebelumnya. Meskipun dua versi Premiere Pro hanya didukung Windows, Premiere Pro CS3 tersedia baik untuk Windows dan Mac OS (hanya berbasis Intel Mac yang didukung), membuatnya menjadi salah satu dari beberapa lintas platform NLEs tersedia.

Premiere Pro digunakan oleh broadcasters seperti BBC dan The Tonight Show. Telah digunakan dalam fitur film, seperti Dust to Glory, Captain Abu Raed, dan Superman Returns (untuk video capture proses), dan tempat-tempat lainnya seperti Madonna’s Confessions Tour.


Fitur-fitur


Premiere Pro mendukung editing video berkualitas tinggi di hingga 4K x 4K resolusi, di hingga 32-bit per channel warna, baik dalam dan RGB YUV. Audio-contoh tingkat mengedit, VST audio plug-in mendukung, dan 5,1 surround sound pencampuran tersedia untuk audio fidelity tinggi. Premiere Pro dari arsitektur plug-in memungkinkan untuk impor dan ekspor format diluar dari kendala atau QuickTime DirectShow, mendukung berbagai jenis file audio dan video format dan codec pada kedua MacOS dan Windows.

Versi 1,5 ditingkatkan dukungan untuk video definisi tinggi konten, dan manajemen proyek baru ditambahkan alat dan filter baru. Hal ini juga termasuk dukungan untuk 24p panjangnya. Versi 1.5.1 menambahkan dukungan untuk HDV. Versi 2.0 lebih refines 24p dan HDV editing, dan merupakan yang pertama NLE utama untuk mendukung natively Canon 24F format pada kamera seperti Canon XL H1, dengan tambahan update. Sejak versi 2.0, Premiere Pro telah memerlukan prosesor yang mendukung SSE2, yang tidak tersedia di beberapa prosesor tua.


Premiere Pro CS3 ditambahkan dukungan untuk output ke Blu-ray Disc, dan Flash MPEG-4/H.264 berbasis situs web, serta Waktu Remapping, yang mudah-di-gunakan variabel Fram rate pelaksanaan. Dimulai di Premiere Pro CS3, Adobe Encore disertakan untuk authoring menu dan interaktivitas untuk DVD, Blu-ray discs, dan Flash untuk proyek web. Adobe OnLocation (sekarang lintas platform pada CS4) juga termasuk untuk direct-to-disc rekaman dan monitoring. Perbaruan untuk Premiere Pro CS3 asli telah menambahkan dukungan untuk kamera format file baru. 3,1 ditambahkan asli Panasonic P2 MXF impor, mengedit, dan ekspor DVCPRO, DVCPRO HD DVCPRO50 dan material. 3,2 ditambahkan asli XDCAM HD EX dan impor dan mengedit.

Integrasi

Premiere Pro diintegrasikan dengan berat Adobe After Effects, sebuah standar industri untuk motion grafis dan compositing. Komposisi dari Setelah Efek dapat diimpor ke Premiere Pro dan diputar ulang secara langsung pada waktu. Setelah Efek komposisi yang dapat diubah, dan kembali setelah beralih ke Premiere Pro, klip akan segera diperbaharui dengan perubahan. Demikian pula, proyek Premiere Pro dapat diimpor ke Setelah Efek. Klip dapat disalin antara dua aplikasi sambil melestarikan klip atribut. Premiere Pro juga mendukung banyak Setelah Effects plug-in.

Premiere Pro juga terintegrasi dengan baik dengan Adobe Photoshop. Photoshop file dapat dibuka langsung dari Premiere Pro yang akan diedit di Photoshop. Setiap perubahan akan segera diperbarui bila Photoshop file yang disimpan dan fokus kembali ke Premiere Pro.

Ada integrasi fungsi-fungsi lainnya, seperti Edit dalam Adobe Soundbooth, Ekspor ke Encore, dan mengungkapkan dalam Bridge.

Tambahan dengan efek dan transisi yang disertakan dengan Premiere Pro, sejumlah komersial kedua pihak bebas dan plug-in yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan perangkat lunak.

Keuntungan atas Premiere Elements

Entri level versi, Adobe Premiere Elements, tersedia untuk pasar konsumen pada Windows. Beberapa tokoh kelebihan Premiere Pro lebih Premiere Elements adalah beberapa urutan mendukung, tingginya sedikit mendalam rendering, multicamera mengedit, waktu remapping, lingkup, alat koreksi warna, audio mixer antarmuka, dan bezier keyframing. Premiere Pro Encore termasuk juga untuk lebih rumit dan DVD authoring menu Blu-ray Disc authoring, dan OnLocation untuk direct-to-disk rekaman.
 

After Effects?

LOGO AFTER EFFECTS
Sekilas After Effects
After effects pada awalnya merupakan sebuah software produk dari Macromedia yang sekarang sudah menjadi salah satu produk Adobe dan merupakan sebuah perangkat lunak (software) grafik gerak digital dan  composite yang penggunaan utamanya adalah untuk film dan pasca produksi video.
Deskripsi After Effects.
After Effects adalah sebuah software yang sangat profesional untuk kebutuhan Motion Graphic Design. Dengan perpaduan dari bermacam – macam Software Design yang telah ada, After Effects menjadi salah satu software Design yang handal. Standart Effects yang mencapai sekitar 50 macam lebih, yang sangat bisa untuk merubah dan menganimasikan obyek. Disamping itu, membuat animasi dengan After Effects, juga bisa dilakukan dengan hanya mengetikkan beberapa kode script yang biasa disebut Expression untuk menghasil pergerakan yang lebih dinamis.
After Effects lebih lengkap fasilitasnya bila kita bandingkan dengan software Video Editing lain. Pada After Effects, terdapat beberapa fasilitas yang dimiliki oleh beberapa software lain. Misalnya; Di After Effects terdapat tool untuk membuat Shape ( seperti yang terdapat pada Adobe Photoshop ). Pada After Effects terdapat Keyframe seperti yang terdapat pada Flash ( cara menganimasikannya juga hampir sama ). Terdapat juga Expression yang hampir mirip dengan Action Script pada Flash, dan masih banyak lagi yang lain.
After Effects dan beberapa sistem editing non-linear (NLEs) adalah layer-berorientasi, yang berarti bahwa setiap individu objek media (klip video, klip audio, gambar diam, dll) menempati jalur (track)-nya sendiri. Sebaliknya, NLEs lain menggunakan sistem di mana individu dapat menempati objek media jalur yang sama selama mereka tidak tumpang tindih pada waktunya. Sistem Track-Berorientasi ini lebih cocok untuk mengedit dan dapat menyimpan file proyek jauh lebih ringkas.
After Effects terintegrasi dengan software-sofware Adobe yang lain seperti Adobe Illustrator, Photoshop, Premiere Pro, Encore, Flash, dan sofware 3D dari pihak ketiga seperti Cinema 4D.
Sejarah After Effects
After Effects awalnya diciptakan oleh Company of Science and Art di Providence, RI,  ( CoSA) USA. Versi 1.0 dirilis pada Januari 1993. Versi 2.1 memperkenalkan  PowerPC Acceleration pada tahun 1994. CoSA bersama dengan After Effects kemudian diakuisisi oleh perusahaan Aldus pada bulan Juli 1993; perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh Adobe pada tahun 1994, dan dengan itu Page Maker dan After Effects. Rilis pertama oleh Adobe untuk After Effects adalah versi 3.0.
Dukungan Plug-In After Effects
Plug-in
After Effects telah luas dalam mendukung Plug-In, dan berbagai plug-in pihak ketiga yang tersedia. Berbagai plug-in gaya ada, seperti sistem partikel untuk efek realistis untuk hujan,salju,kebakaran,dll.
Dengan atau tanpa pihak plug-in ketiga , After Effects dapat me-render (kalkulasi matematis) efek 3D. Beberapa dari plug-3D menggunakan layer dasar 2D dari After Effects. Illustrator grafis juga dapat dipanggil (di-load : red) dan dirender dalam 3D menggunakan plug-in seperti Zaxwerks Invigorator 3D Pro. Beberapa Vendor plug-in terkenal :  Automatic Duck, BorisFX, Conoa, Cycore Effects, DigiEffects, Digital Anarchy, Digital Film Tools, Digital Trove, The Foundry, FXhome, GenArts, GridIron Software, Noise Industries, RE:Vision Effects, Red Giant Software, Synthetic Aperture, Trapcode, Video Copilot, and Zaxwerks. Selain efek 3D, ada plug-in untuk membuat tampilan video seperti film atau kartun, simulasi kebakaran, asap, atau air, sistem partikel, gerak lambat; grafik animasi membuat, grafik, dan lain visualisasi data; menghitung gerakan 3D kamera dalam shot video 2D; meliuk menghilangkan, kebisingan, atau tali-temali baris; jadwal menerjemahkan dari FCP atau Avid; menambahkan koreksi warna high-end dan perbaikan alur kerja dan efek visual lainnya.
 

Adobe Flash

Adobe Flash (dahulu bernama Macromedia Flash) adalah salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan Adobe Systems. Adobe Flash digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut. Berkas yang dihasilkan dari perangkat lunak ini mempunyai file extension .swf dan dapat diputar di penjelajah web yang telah dipasangi Adobe Flash Player. Flash menggunakan bahasa pemrograman bernama ActionScript yang muncul pertama kalinya pada Flash 5.
Sebelum tahun 2005, Flash dirilis oleh Macromedia. Flash 1.0 diluncurkan pada tahun 1996 setelah Macromedia membeli program animasi vektor bernama FutureSplash. Versi terakhir yang diluncurkan di pasaran dengan menggunakan nama ‘Macromedia’ adalah Macromedia Flash 8. Pada tanggal 3 Desember 2005 Adobe Systems mengakuisisi Macromedia dan seluruh produknya, sehingga nama Macromedia Flash berubah menjadi Adobe Flash.
Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang sangat menarik untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD Interaktif dan yang lainnya. Selain itu aplikasi ini juga dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game, pembuatan navigasi pada situs web, tombol animasi, banner, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya. Dalam Flash, terdapat teknik-teknik membuat animasi, fasilitas action script, filter, custom easing dan dapat memasukkan video lengkap dengan fasilitas playback FLV. Keunggulan yang dimiliki oleh Flash ini adalah ia mampu diberikan sedikit code pemograman baik yang berjalan sendiri untuk mengatur animasi yang ada didalamnya atau digunakan untuk berkomunikasi dengan program lain seperti HTML, PHP, dan Database dengan pendekatan XML, dapat dikolaborasikan dengan web, karena mempunyai keunggulan antara lain kecil dalam ukuran file outputnya.

Movie-movie Flash memiliki ukuran file yang kecil dan dapat ditampilkan dengan ukuran layar yang dapat disesuaikan dengan keingginan. Aplikasi Flash merupakan sebuah standar aplikasi industri perancangan animasi web dengan peningkatan pengaturan dan perluasan kemampuan integrasi yang lebih baik. Banyak fiture-fiture baru dalam Flash yang dapat meningkatkan kreativitas dalam pembuatan isi media yang kaya dengan memanfaatkan kemampuan aplikasi tersebut secara maksimal. Fiture-fiture baru ini membantu kita lebih memusatkan perhatian pada desain yang dibuat secara cepat, bukannya memusatkan pada cara kerja dan penggunaan aplikasi tersebut. Flash juga dapat digunakan untuk mengembangkan secara cepat aplikasi-aplikasi web yang kaya dengan pembuatan script tingkat lanjut. Di dalam aplikasinya juga tersedia sebuah alat untuk men-debug script. Dengan menggunakan Code hint untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan dan pengembangan isi ActionScript secara otomatis.
Karena flash saat ini dikembangkan oleh Adobe, sehingga pada versi adobe flash saat ini sudah memiliki bahaa pemrograman action script 3.0 di samping masih bisa juga kita menggunakan action script 2.0.
Diantara keunggulan Flash Actionscript 3.0 dibandingkan Flash Actionscript 2.0 ialah :
1. Lebih Powerfull
2. Versi terbaru
3. Lebih banyak digunakan di perusahaan-perusahaan
Dan sbb :
Terdiri Dari 2 Bahasa:
1. Bahasa Inti
2. Flash Player API (Application Protokol Interface = Memungkinkan Beda Platform Dapat Saling Berkomunikasi, Contoh: Flash AS3 -> Mobile)
3. CMAScript untuk XML (E4X) transformasi XML menjadi tipe data asli, secara dramatis menyederhanakan pemrosesan XML
4. Tampilan daftar API yang baru membuat bekerja dengan visual object menjadi jauh lebih mudah dan konsisten.
5. Standarisasi DOM event model, cara object berkomunikasi dan menanggapi objek satu sama lain pada saat runtime.
6. Runtime Exeption ActionScript 3.0 lebih banyak menjelaskan tentang kondisi error dibandingkan versi sebelumnya dari ActionScript.
7. Dalam ActionScript 2.0, tipe anotasi terutama bantuan untuk pengembang saat runtime, semua nilai yang dynamically typed. Dalam ActionScript 3.0, tipe informasi yang disimpan saat runtime dan dimanfaatkan untuk beberapa tujuan.
Icon Flash 3.0/CS
8. Flash Player runtime melakukan pemeriksaan pengetikan, meningkatkan sistem keamanan. Jenis informasi ini juga digunakan untuk mewakili variabel dalam mesin asli representasi, meningkatkan kinerja dan mengurangi penggunaan memori.
9. ActionScript 3.0 memperkenalkan konsep kelas yang tertutup rapat (Encapsulation). Atau yang biasa di kenal Object Oriented Programming.
10. Event handling disederhanakan dalam ActionScript 3.0 berkat method closures, yang menyediakan built-in delegasi.
11. ActionScript 3.0 mengimplementasi penuh ECMAScript untuk XML (E4X), baru-baru ini sebagai standar ECMA-357. E4X secara natural menawarkan fasih bahasa set konstruksi untuk memanipulasi XML. Tidak seperti tradisional parsing XML API, E4X membuat XML merasa seperti tipe data asli dari bahasa. E4X mengeffektifkan pengembangan aplikasi yang memanipulasi XML dengan secara drastis mengurangi jumlah kode yang dibutuhkan.
Leia Mais

Sejarah adobe

Adobe Photoshop, atau biasa disebut Photoshop, adalah perangkat lunak editor citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader) untuk perangkat lunak pengolah gambar, dan, bersama Adobe Acrobat, dianggap sebagai produk terbaik yang pernah diproduksi oleh Adobe Systems. Versi kedelapan aplikasi ini disebut dengan nama Photoshop CS (Creative Suite), versi sembilan disebut Photoshop CS2, versi sepuluh disebut Adobe Photoshop CS3 , dan versi yang terakhir (kesebelas) adalah Adobe Photoshop CS4.
Photoshop tersedia untuk Microsoft Windows, Mac OS X, dan Mac OS; versi 9 ke atas juga dapat digunakan oleh sistem operasi lain seperti Linux dengan bantuan perangkat lunak tertentu seperti CrossOver.

Pengembangan

Pada tahun 1987, Thomas Knoll, mahasiswa PhD di Universitas Michigan, mulai menulis sebuah program pada Macintosh Plus-nya untuk menampilkan gambar grayscale pada layar monokrom. Program ini, yang disebut Display, menarik perhatian saudaranya John Knoll, seorang karyawan di Industrial Light & Magic, yang merekomendasikan Thomas agar mengubah programnya menjadi program penyunting gambar penuh. Thomas mengambil enam bulan istirahat dari studi pada tahun 1988 untuk berkolaborasi dengan saudaranya pada program itu, yang telah diubah namanya menjadi ImagePro.[1] Setelah tahun itu, Thomas mengubah nama programnya menjadi Photoshop dan bekerja dalam jangka pendek dengan produsen scanner Barneyscan untuk mendistribusikan salinan dari program tersebut dengan slide scanner; “total sekitar 200 salinan Photoshop telah dikirimkan” dengan cara ini.[2]
Selama waktu itu, John bepergian ke Silicon Valley di California dan memberikan demonstrasi program itu kepada insinyur di Apple Computer Inc. dan Russell Brown, direktur seni di Adobe. Kedua demonstrasi itu berhasil, dan Adobe memutuskan untuk membeli lisensi untuk mendistribusikan pada bulan September 1988.[1] Sementara John bekerja pada plug-in di California, Thomas tetap di Ann Arbor untuk menulis kode program. Photoshop 1.0 dirilis pada 1990 khusus untuk Macintosh.[3]

[sunting] Fitur

Meskipun pada awalnya Photoshop dirancang untuk menyunting gambar untuk cetakan berbasis-kertas, Photoshop yang ada saat ini juga dapat digunakan untuk memproduksi gambar untuk World Wide Web. Beberapa versi terakhir juga menyertakan aplikasi tambahan, Adobe ImageReady, untuk keperluan tersebut.
Photoshop juga memiliki hubungan erat dengan beberapa perangkat lunak penyunting media, animasi, dan authoring buatan-Adobe lainnya. File format asli Photoshop, .PSD, dapat diekspor ke dan dari Adobe ImageReady. Adobe Illustrator, Adobe Premiere Pro, After Effects dan Adobe Encore DVD untuk membuat DVD profesional, menyediakan penyuntingan gambar non-linear dan layanan special effect seperti background, tekstur, dan lain-lain untuk keperluan televisi, film, dan situs web. Sebagai contoh, Photoshop CS dapat digunakan untuk membuat menu dan tombol (button) DVD.
Photoshop dapat menerima penggunaan beberapa model warna:
Versi terbarunya, yang dirilis pada tahun 2005, adalah versi 9. Program ini dipasarkan dengan nama “Photoshop CS2.” “CS” merefleksikan integrasi produk Photoshop dengan aplikasi “Creative Suite buatan Adobe dan disebut “2″ karena program ini adalah versi rilis ke-2 sejak Adobe mengintegrasikan kedua produknya. Ada beberapa pada tambahan pada Photoshop CS2 seperti multiple layer selecting dan “warp,” versi kurva dari transform tool dan color replacement tool, yang sebelumnya hadir sebagai plug-in 8BF.
Untuk para penggemar fotografi, Adobe menyediakan filter “reduce grain” (mengurangi grain) yang dapat membantu mengoptimalkan foto yang diambil pada kondisi kekurangan cahaya. Untuk “memperjelas” perbedaan produk CS dengan produk-produk Photoshop sebelumnya, Adobe menghilangkan lambang mata Photshop, yang dipresentasikan dalam bentuk yang berbeda-beda sejak versi 3 sampai versi 7. Photshop CS dan CS2 kini menggunakan bulu sebagai ikon dan bentuk identifikasinya.
Versi beta Photoshop CS3 telah dirilis untuk pengguna CS2 pada tanggal 15 Desember 2006. Berbeda dengan Photoshop CS dan CS2 yang menggunakan bulu sebagai logonya, Logo untuk edisi ketiga ini berbentuk tipografi, dengan huruf ‘Ps’ berwarna putih dan berlatar belakang biru-gradien.
Versi terakhirnya dilengkapi dengan Adobe Camera RAW, sebuah plugin yang dikembangkan oleh Thomas Knoll yang dapat membaca beberapa format file RAW dari kamera digital dan mengimpornya langsung ke Photoshop. Versi awal RAW plugin ini juga tersedia untuk Photoshop 7.0.1 dengan tambahan biaya $99 USD.
Secara Photoshop adalah sebuah program penyunting gambar standar industri yang ditujukan untuk para profsional raster grafik, harga yang ditawarkan pun cukup tinggi; kira-kira US$600. Keadaan ini memancing beberapa programer untuk merancang peralatan grafik (graphics tools) dengan harga yang lebih terjangkau. Untuk menghadapi persaingan ini, dan untuk menghadapi pembajakan produknya, Adobe memperkenalkan Photoshop Elements, sebuah versi lain dari Photoshop yang lebih minimalis, dengan harga terjangkau; di bawah US$100. Produk ini ditujukan untuk pengguna rumahan dan menghilangkan beberapa fitur profesional
Leia Mais

Minggu, 09 Desember 2012

Editor Para Jenius

Editor Para Jenius

Max Perkins: Editor of Genius
Pengantar
Tulisan di bawah ini merupakan terjemahan bab pertama dari buku biografi Max Perkins yang berjudul Max Perkins: Editor of Genius karya A. Scott Berg. Fiksi Lotus mengangkat tulisan ini karena Max Perkins merupakan editor yang paling disegani di dunia kesusastraan AS pada jamannya (bahkan sampai sekarang). Lebih dari itu, Max Perkins juga dikenal karena keunikan hubungan kerja beliau dengan sejumlah penulis legendaris, seperti F. Scott Fitzgerald, Ernest Hemingway, Thomas Wolfe, dan Marjorie Kinnan Rawlings. Selamat menikmati!
————————————————————————
BAB SATU
Karya Nyata
Tidak lama setelah pukul 6 sore, ketika hujan deras menggempur Kota New York, seorang laki-laki bertubuh ramping dan berambut abu-abu duduk di bar favorit-nya di Hotel Ritz seraya menenggak beberapa gelas martini. Saat itu bulan Maret, tahun 1946. Setelah efek alkohol menumbuhkan rasa percaya diri yang ia butuhkan, pria tersebut meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja bar, mengenakan jas overcoat serta topi, dan beranjak pergi.
Keluar dari Hotel Ritz, ia berbaur di antara kerumunan para pejalan kaki yang memenuhi area mid-Manhattan meski hujan terus mengguyur. Di tangan kanannya terdapat sebentuk payung, sementara tangan kirinya menenteng sebentuk tas kerja yang terlihat berat dan penuh. Tanpa mengindahkan sekelilingnya, dia berjalan ke arah barat menuju sebuah toko buku kecil di jalan 43rd Street yang jaraknya hanya beberapa blok saja.
Di dalam toko buku, tidak kurang dari 30 orang muda-mudi bergerombol menanti kedatangan laki-laki tersebut. Mereka adalah para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang mengambil kursus tambahan di bidang penerbitan buku, diadakan oleh New York University dan dipimpin oleh Kenneth D. McCormick, Editor-in-Chief dari penerbitan berskala internasional Doubleday & Company. Semua yang hadir di sana tampak begitu bersemangat untuk tahu lebih banyak tentang dunia penerbitan; dan mereka juga rutin menghadiri seminar-seminar berkaitan untuk memperbesar peluang mereka di kemudian hari.
Umumnya, tak sedikit mahasiswa yang telat menghadiri seminar karena satu dan lain hal; namun, malam itu, Kenneth melihat bahwa semua justru hadir beberapa menit lebih awal. Mereka sudah duduk rapi saat jam dinding menunjukkan pukul 6 sore. Kenneth tahu benar apa yang menyebabkan fenomena tersebut. Seminar malam ini mengacu pada topik pengeditan buku dan dia telah membujuk seorang editor yang paling disegani di Amerika Serikat dengan reputasi legendaris untuk datang dan “berbicara sedikit” kepada murid-muridnya.
Maxwell Evarts Perkins mungkin tidak begitu dikenal oleh khalayak umum, tetapi bagi sekian banyak individu yang bergulat di bidang penerbitan, ia tak ubahnya seorang pahlawan. Max adalah editor yang sangat handal. Di masa mudanya, ia telah memupuk sejumlah bakat-bakat baru yang berhasil menjadi figur raksasa di dunia sastra—seperti F. Scott Fitzgerald, Ernest Hemingway, dan Thomas Wolfe. Ia bahkan mempertaruhkan kariernya sendiri untuk mereka, mendobrak tembok-tembok kesusastraan yang didirikan di abad sebelumnya dan memimpin sebuah revolusi yang mengubah wujud Sastra Amerika untuk selamanya.
Namanya lekat dengan Charles Scribner’s Sons—penerbitan bergengsi di kota New York yang sekarang beroperasi di bawah bendera Simon & Schuster—karena selama 36 tahun masa kerjanya disana, tak ada editor lain yang sanggup menyamai rekor-nya dalam “menemukan” para pengarang berbakat dan mencetak karya-karya besar mereka untuk dinikmati khalayak umum. Beberapa siswa Kenneth bahkan mengakui bahwa Max Perkins adalah salah satu alasan kenapa mereka tertarik menyelami dunia penerbitan.
Kenneth kemudian meminta seisi ruangan untuk diam, mengetuk permukaan meja lipat di hadapannya dengan telapak tangan, sebelum memulai seminar dengan menjelaskan fungsi kerja seorang editor. Tugas seorang editor, jelasnya, sudah banyak berubah sejak dulu; tidak melulu menangani kesalahan eja dan tanda baca, melainkan menentukan apa yang harus diterbitkan, bagaimana cara menerbitkannya, dan apa yang perlu dilakukan untuk meraih jumlah pembaca terbesar.
Untuk semua kriteria di atas, Kenneth melanjutkan, Max Perkins adalah yang terbaik. Penilaiannya akan karya-karya sastra condong memiliki pendekatan orisinil dan tepat sasaran; selebihnya, Max dipuji karena kemampuannya menyemangati para penulis untuk menghasilkan karya-karya terbaik. Bagi para penulis yang ia bimbing, Max Perkins adalah seorang teman, bukan sekadar rekan kerja—dan ia akan berusaha untuk membantu mereka dalam segala hal. Misalnya, membantu menetapkan struktur pada karya tulisan, jika memang diperlukan; memikirkan judul-judul yang menarik, memberi ide-ide plot; dan mengambil peran penting sebagai seorang terapis, penasihat, manajer, dan peminjam uang.
Hanya ada segelintir editor yang rela menghabiskan banyak waktu untuk menyempurnakan naskah tulisan, tapi Max Perkins tetap memegang teguh prinsipnya: “Sebuah buku akan selalu kembali kepada penulisnya.”
Dalam beberapa hal, Kenneth mengakui bahwa Max Perkins tidak mencerminkan profesi-nya sebagai seorang editor: ejaannya sering salah, caranya membubuhkan tanda baca juga tak jarang meleset dari kurikulum penggunaan tanda baca yang baik dan benar, dan dia butuh waktu lama untuk menyelesaikan satu naskah tulisan. “Seperti kerbau berjalan,” ujar Max perihal kecepatannya dalam membaca.
Walau begitu, ia memperlakukan karya sastra layaknya seorang dokter yang mempertimbangkan antara hidup dan mati seorang pasien. Suatu kali, ia menulis surat kepada Thomas Wolfe dan berkata: “Tak ada yang lebih penting di dunia ini daripada sebuah buku.”
Ketenaran Max sebagai seorang editor legendaris mungkin disebabkan oleh beberapa hal: a) di masanya, dia adalah editor paling ternama; b) para penulis-nya banyak yang menyandang predikat ganda sebagai selebriti; dan c) ia memiliki kepribadian eksentris—tapi hampir semua kisah-kisah seru tentang Max berakar pada kenyataan.
Semua hadirin yang ada di toko buku malam itu telah mendengar setidaknya satu kisah gila tentang bagaimana Max “menemukan” F. Scott Fitzgerald; atau bagaimana istri Scott, Zelda, pernah berkendara bersama Max di dalam kendaraan milik Scott yang akhirnya terpuruk di Danau Long Island Sound; atau bagaimana Max membujuk rumah penerbitan tempatnya bekerja untuk meminjamkan uang sebesar ribuan dolar kepada Scott, dan bagaimana ia kemudian menyelamatkan si penulis dari gangguan depresi.
Kisah lain mengacu pada momen di mana Max pernah menyetujui penerbitan novel pertama karya Ernest Hemingway yang berjudul The Sun Also Rises tanpa membaca isinya terlebih dahulu, hingga ia sekali lagi harus mempertaruhkan kariernya di Charles Scribner’s Sons begitu naskah yang ditunggu tiba. Pasalnya, Ernest menggunakan bahasa kasar yang bagi perusahaan bergengsi seperti Charles Scribner’s Sons tergolong sebagai bahasa orang tak berpendidikan.
Maka tak heran bila kisah favorit tentang pertengkaran Max dengan Charles Scribner, pemilik Charles Scribner’s Sons, menyangkut penggunaan repetitif kata-kata slang empat huruf dalam novel ke-dua karya Ernest Hemingway yang berjudul A Farewell to Arms.
Menurut para saksi, Max menuliskan setiap kata yang ingin ia pertahankan—shit, fuck, piss—di kalender mejanya, tanpa mengindahkan kalimat yang tertera di atas kalender tersebut: “Things To Do Today”. Charles Scribner sempat berkomentar bahwa apabila Max perlu mengingatkan dirinya sendiri untuk melakukan ketiga hal tersebut, maka dia patut memeriksakan diri ke dokter.
Selain itu, kisah yang paling sering diasosiasikan dengan kepiawaian Max sebagai seorang editor umumnya terkait dengan hubungan editor-penulis antara dirinya dan Thomas Wolfe. Tulisan dan temperamen Thomas yang terkenal tanpa batas sudah lama menghantui dunia kesusastraan di AS.
Ada yang mengatakan bahwa Thomas menulis naskah Of Time and the River sambil bersandar di kulkas: dengan tinggi tubuh lebih dari 2 meter ia menggunakan permukaan kulkas sebagai meja, dan melempar setiap lembar kertas yang selesai ia tulis ke dalam kotak kayu tanpa dibaca ulang.
Sebuah adegan unik di mana tiga orang pria berbadan besar menggotong kotak kayu berbobot berat itu ke dalam ruang kerja Max kerap diceritakan ulang oleh para saksi yang bekerja di Charles Scribner’s Sons dengan rasa takjub. Terutama karena Max berhasil mengubah tumpukkan kertas di dalam kotak itu menjadi buku-buku yang layak dibaca.
Para hadirin seminar juga telah mendengar kisah tentang topi Max, sebuah topi fedora yang lusuh, yang ia pakai sepanjang hari, yang hanya ia lepas saat tidur.
Di tengah perkenalan Kenneth terhadap dunia mengedit, tiba-tiba sosok Max muncul di depan toko buku di jalan 43rd Street. Tanpa banyak bicara, Max memasuki ruangan. Kenneth mengangkat wajahnya, menangkap kehadiran Max di pintu, dan segera menyambut figur legendaris itu. Seisi ruangan menahan napas mengantisipasi keberadaan editor ternama di antara mereka.
Max berusia 61 tahun, dengan tubuh jangkung setinggi 174 cm, dan berat badan tak lebih dari 70 kg. Payung yang ia gunakan tampak tak berfungsi—memasuki ruangan, tubuh Max basah kuyup, dan topi yang ia kenakan jatuh layu di sekitar telinganya.
Wajah Max yang lonjong menunjukkan bias warna semu merah muda, membuatnya tampak lebih lembut dari biasa. Kontur wajah Max memang sangat ke-Eropaan, dengan sudut-sudut tajam nan tegas: hidungnya mancung dengan ujung elok, seperti paruh unggas. Sementara matanya berwarna biru pastel.
Thomas Wolfe pernah menggambarkan mata Max sebagai tempat yang “sarat akan cahaya berkabut, seperti udara laut yang membumbung di kejauhan—sepasang mata milik seorang pelaut asal New England yang berlayar selama berbulan-bulan menuju Cina di atas rakit, seolah tengah meratapi seseorang atau sesuatu yang telah hilang dan tenggelam.”
Max menanggalkan jas overcoat yang basah oleh air hujan, menampakkan satu setel pakaian kerja yang ia kenakan di bawahnya. Pakaiannya bernuansa putih-abu, berlapis tiga (kemeja, rompi, jas) dan tak disetrika. Lalu, ia melirik ke atas, seolah teringat akan sesuatu, dan buru-buru melepas topinya, menunjukkan kepala yang dipenuhi rambut berwarna abu-abu metalik, disisir ke belakang sehingga membentuk huruf V di tengah dahi. Max tidak perduli akan kesan yang ia berikan kepada para hadirin, apalagi karena dia datang malam ini dengan penampilan seorang salesman asal Vermont yang terjebak di tengah kemelut hujan badai.
Mengambil tempat di muka ruangan, Max tampak kebingungan, terlebih karena Kenneth memperkenalkannya ke semua hadirin sebagai “kepala dari semua editor di Amerika Serikat.”
Sebelumnya, Max tidak pernah membuka diri untuk berbicara di depan orang banyak. Setiap tahun, ia menerima surat undangan untuk berbicara di depan umum, namun setiap tahun juga ia tolak undangan tersebut. Alasan pertama, pendengarannya sudah tidak begitu baik, maka itu ia condong menghindari kegiatan-kegiatan berkelompok. Alasan ke-dua, Max percaya bahwa peran seorang editor ada di belakang layar—apabila pihak publik merasakan kehadiran mereka, maka para pembaca akan hilang kepercayaan terhadap para penulis, yang mengakibatkan para penulis hilang kepercayaan diri. Lebih dari itu, Max tak ingin mendiskusikan kariernya—setidaknya sampai ia menerima undangan dari Kenneth.
Seorang editor supel yang sangat populer, Kenneth juga menerapkan prinsip ‘belakang layar’ dalam pekerjaannya, dan hal ini membuat undangan-nya sulit ditolak oleh Max. Atau mungkin Max mulai menyadari bahwa di usianya yang sudah melewati 60, alangkah baiknya bila dia bisa menyalurkan ilmunya ke orang lain sebelum terlambat.
Mengaitkan kedua jempol pada saku jas yang ia kenakan, dan mengangkat suaranya yang agak serak namun berat, Max memulai sesi diskusi.
“Hal pertama yang harus kalian ingat,” katanya, tanpa secara langsung menatap para hadirin: “Seorang editor tidak menambah-nambahkan isi buku. Peran terbesar seorang editor adalah membantu penulis-nya. Jangan pernah merasa bahwa peran seorang editor itu teramat penting, karena apa yang kita lakukan adalah melepaskan sebuah energi. Tapi kita tetap tidak menciptakan apa-apa.”
Max mengakui bahwa, dalam kariernya, ia pernah mengusulkan beberapa ide buku kepada para penulis yang tak tahu hendak menulis apa saat itu. Namun karya-karya tersebut biasanya berkualitas standar, walau terkadang meraup keuntungan finansial yang signifikan dan menjadi juara di antara para kritikus.
“Karya terbaik seorang penulis,” ujar Max, “harus datang dari dirinya sendiri.”
Ia juga memperingati audiens-nya agar tidak menyelipkan sudut pandang mereka ke dalam karya seorang penulis, atau mencoba untuk mengubah si penulis menjadi sosok yang berbeda.
“Prosesnya sederhana,” lanjut Max. “Kalau kalian berhadapan dengan Mark Twain, jangan mengubah dia jadi Shakespeare, dan sebaliknya. Pada akhirnya, seorang editor hanya bisa mengeluarkan potensi seorang penulis sesuai dengan apa yang dimiliki si penulis.”
Max berbicara dengan hati-hati, suaranya bergema pelan, seolah ia tak mengenali suaranya sendiri. Pertama-tama, para hadirin seminar harus berusaha keras untuk mendengarnya, tapi setelah beberapa saat, di tengah kesunyian, setiap suku kata yang diutarakan Max bisa terdengar hingga ke ujung ruangan. Mereka duduk menyerapi ‘wejangan’ sang editor tentang tantangan-tantangan besar yang beliau hadapi semasa kerja—dan pencariannya akan “sebuah karya nyata”.
Begitu Max selesai menghantarkan kata pembuka, Kenneth memulai sesi tanya-jawab. Pertanyaan pertama, “Apa rasanya bekerja dengan F. Scott Fitzgerald?”
Seutas senyum rapuh melintas di wajah Max. Ia memikirkan jawabannya untuk sesaat, lalu berkata, “Scott adalah seorang gentleman. Kadang dia butuh dukungan ekstra—dan kesabaran—namun tulisannya begitu kaya dan berwarna.” Max bercerita bahwa dibandingkan penulis lain, Scott cukup mudah ditangani dari segi pengeditan karena dia adalah seorang perfeksionis yang selalu mendorong dirinya sendiri untuk menghasilkan karya sempurna. Namun, terlepas dari itu, tambah Max, “Scott sangat sensitif terhadap kritikan. Ia bisa menerima kritikan, tapi sebagai seorang editor saya harus yakin akan setiap hal yang saya usulkan kepadanya.”
Setelah itu, diskusi kelas beralih pada pribadi Ernest Hemingway. Max berkata bahwa di awal kariernya, Ernest membutuhkan banyak dorongan, dan lebih banyak lagi di masa-masa selanjutnya, “karena tulisan dan hidup Ernest memiliki kualitas petualangan yang sangat intens.”
Max yakin bahwa nilai yang dijunjung tinggi oleh para protagonis karya-karya Ernest tertera jelas dalam tulisannya, mencakupi tema “manusia yang berlaku mulia saat dihadapi pilihan sulit.” Tapi Ernest juga sangat rentan terhadap karyanya.
“Suatu kali, Ernest pernah mengeluh bahwa ia telah merevisi beberapa bagian dari A Farewell To Arms sebanyak 50 kali,” kata Max. “Sebelum seorang penulis menghancurkan kualitas alami dari tulisannya sendiri—itulah saat yang tepat bagi seorang editor untuk maju. Tapi tidak semenit pun sebelum itu.”
Max lantas berbagi cerita tentang kerjasamanya dengan pengarang-pengarang lain, seperti Erskine Caldwell, termasuk sejumlah novelis wanita yang ia bimbing, seperti Taylor Caldwell, Marcia Davenport, dan Marjorie Kinnan Rawlings.
Menjelang akhir acara, seolah menanti saat yang tepat, muncul pertanyaan tentang Alm. Thomas Wolfe, yang di penghujung ajalnya menyesali keretakan yang terjadi pada hubungannya dengan Max Perkins. Sebagian besar pertanyaan yang diluncurkan kepada Max hingga sesi tanya-jawab selesai terkait dengan Thomas Wolfe, seorang penulis yang notabene menguras tenaganya habis-habisan.
Selama bertahun-tahun, gosip tentang hubungan Max dan Thomas diulas di berbagai media, di mana Max dituduh memiliki keterlibatan langsung dengan penulisan novel-novel Thomas Wolfe.
“Tom adalah seorang penulis dengan bakat luar biasa, bahkan jenius,” ujar Max. “Bakat seperti itu, bagaimana dia memandang negaranya sendiri, terlalu besar untuk dirangkum dalam sebuah buku atau satu masa kehidupan. Tak ada medium yang cukup besar untuk menampung semua yang hendak ia tulis.”
Saat Thomas mengolah dunianya ke dalam bentuk fiksi, Max merasa tugas utamanya sebagai seorang editor adalah untuk menciptakan batasan-batasan—baik itu dari segi panjang naskah maupun format tulisan. Max menambahkan, “Batasan-batasan tersebut adalah hal-hal praktis yang menjadi obsesi Thomas.”
“Tapi apakah dia menerima usulan Anda?” tanya salah seorang hadirin.
Max tertawa untuk pertama kalinya malam itu. Ia mengisahkan suatu episode di mana ia mencoba untuk membujuk Thomas agar mau mencabut satu bagian besar dari naskah Of Time and the River.
“Saat itu malam musim panas,” ujarnya. “Udara sangat panas, dan waktu sudah amat larut—namun kami masih bekerja di kantor Charles Scribner’s Sons. Saya meletakkan tas saya di dekatnya, lalu saya duduk dalam kesunyian, membaca naskahnya.”
Max tahu bahwa pada akhirnya Thomas takkan keberatan menghapus bagian besar dari naskah tersebut, terutama karena alasan yang diberikan Max memang tepat. Tapi Thomas takkan menyerah segampang itu. Berlaku seperti anak kecil, Thomas menengadahkan kepalanya dan memutar kursi duduknya, matanya mengamati ruang kerja Max yang nyaris tak berperabot.
“Saya terus membaca selama kurang dari 15 menit,” lanjut Max, “dan saya sadar akan gerak-gerik Tom—sadar bahwa dia menatapi salah satu sudut ruang kerja saya dengan pandangan curiga, serius. Di sudut itu tergantung topi dan jas overcoat saya, dan di bawah topi, terselempang di pundak jas overcoat, adalah suvenir berbentuk kulit ular berbisa dengan tujuh simpul.” Suvenir itu merupakan hadiah dari Marjorie Kinnan Rawlings. Max menoleh ke arah Tom, yang masih menatapi topi, jas overcoat, dan si ular berbisa. “Aha!” seru Tom. “Sosok seorang editor!”
Setelah puas menggoda Max, Thomas setuju menghapus bagian besar dari naskahnya.
Beberapa pertanyaan dari calon-calon penerbit dalam ruangan itu harus diulang berkali-kali karena Max sulit mendengar suara mereka. Bahkan dalam jawabannya, Max banyak terdiam di tengah-tengah kalimat. Ia berusaha menjawab setiap pertanyaan dengan seelegan mungkin, namun ia seolah tersedot ke dalam masa lalu yang justru menjeratnya dalam kebingungan.
“Saat itu, Max seakan hilang di dunianya sendiri,” ujar Kenneth, bertahun-tahun kemudian. “Beliau masuk ke dalam ruang pikirannya, masa lalunya, dan menutup pintunya rapat-rapat.”
Secara keseluruhan, penampilan Max dalam acara tersebut menjadi bahan pembicaraan banyak orang untuk waktu yang lama. Dan seisi kelas tambah mengaguminya. Seorang warga kota yang beberapa saat sebelumnya bertarung dengan hujan mendadak bertransformasi menjadi sosok legendaris yang memenuhi imajinasi para audiens-nya.
Acara diakhiri sekitar pukul sembilan malam, meski masih banyak pertanyaan mengantri, namun Kenneth tidak ingin Max ketinggalan kereta. Rasanya apabila acara itu berlanjut hingga tengah malam pun tak ada yang keberatan untuk terus duduk di sana, mendengarkan celotehan sang legenda. Max bahkan belum sempat bercerita tentang pengalamannya bekerja dengan para novelis seperti Sherwood Anderson, J.P. Marquand, Morley Callaghan, Hamilton Basso; dan dia juga belum sempat mendiskusikan para penulis biografi seperti Douglas Southall Freeman, Edmund Wilsun, Allen Tate, Alice Roosevelt Longworth, atau Nancy Hale. Namun waktu sudah habis, tak tersisa jua untuk mengekspresikan kebanggaannya bekerja dengan Joseph Stanley Pennell, penulis novel bertajuk Rome Hanks, yang menurut Max adalah salah satu novel paling menarik yang pernah ia edit. Tak ada waktu untuk mendaftarkan nama-nama para penulis baru—Alan Paton dan James Jones, misalnya, dua penulis berpotensi besar yang naskahnya sedang ia edit. Namun, dari pihak Max sendiri, ia merasa sudah berbicara lebih dari cukup.
Max mengambil topi dan meletakkannya di atas kepala, lalu sambil mengenakan jas overcoat-nya, ia berputar memunggungi para hadirin yang tengah berdiri dan menepuki penampilannya dengan antusias. Tanpa basa-basi panjang, Max pun meninggalkan pengagumnya.
Di luar, hujan masih mengguyur. Di bawah payungnya yang berwarna hitam, Max melangkah menuju Grand Central Station. Jantungnya berdebar hebat: seumur-umur, ia tidak pernah mendiskusikan hidupnya sedetail ini di depan publik.
Tiba di kediaman keluarga Perkins di New Canaan, Connecticut, malam telah larut. Max menemukan putri sulungnya sedang menunggu kedatangannya. Putrinya melihat kelelahan yang menggantung di tubuh Max serta rasa sedih yang mendera. Ia bertanya kepada sang ayah apa yang membuatnya begitu lesu.
“Malam ini aku datang ke sebuah acara seminar dan mereka memanggilku ‘kepala dari semua editor di Amerika Serikat’,” jelas Max. “Saat mereka mengenalimu sebagai ‘kepala’ sesuatu, itu berarti tugasmu sudah selesai.”
“Duh, Yah: aku yakin maksud mereka bukan itu,” protes putri sulungnya. “Mereka hanya bermaksud untuk mengakui Ayah sebagai editor terbaik.”
“Tidak,” kata Max, datar. “Itu artinya tugasku sudah selesai.”
Hari itu tanggal 26 Maret. Di hari yang sama, 26 tahun lalu, hidup Max Perkins berubah untuk selamanya—dimulai dengan terbitnya buku yang dianggap sebagai cikal-bakal sastra modern, dan masih banyak lagi.
Hak Cipta © 2012. Fiksi Lotus dan A. Scott Berg. Tidak untuk ditukar, dijual ataupun digandakan.
———————–
# CATATAN:
> Max Perkins: Editor of Genius ditulis oleh A. Scott Berg dan diterbitkan pada tahun 1978 (Riverhead Books, A Division of Random House). Buku ini dimulai sebagai tesis kuliah Scott, yang kemudian ia kembangkan menjadi buku biografi. Sampai hari ini, ini adalah satu-satunya buku yang dianggap paling akurat dalam merangkum ‘kisah balik layar’ proses penulisan tiga penulis legendaris asal Amerika Serikat: F. Scott Fitzgerald, Ernest Hemingway, dan Thomas Wolfe.
>> A. SCOTT BERG merupakan seorang penulis biografi dan jurnalis lulusan Princeton University yang pernah dianugerahi penghargaan Pulitzer. Tiga buku biografi karyanya yang telah mendulang banyak pujian di antaranya: Max Perkins: Editor of Genius (Max Perkins, 1978), Lindbergh (Charles Lindbergh, 1998), dan Kate Remembered (Katharine Hepburn, 2003). Saat buku biografi Max Perkins diterbitkan, usia Scott baru 29 tahun.
Leia Mais

Apa sih editor itu ?

Apa Sih Editor Itu? 

Anda pasti sering mendengar istilah editor. Hayo, ngaku aja. Editor sebetulnya punya padanan kata yang asli bahasa Indonesia: penyunting. Begini, kata edit sepadan dengan kata sunting. Sehingga editor sepadan dengan penyunting, dan editing sepadan dengan penyuntingan. Meski demikian, tampaknya istilah editor – yang merupakan kata serapan dari bahasa asing – justru lebih banyak digunakan dalam pemakaian sehari-hari, ketimbang kata penyunting yang asli bahasa Indonesia. Sedikit aneh memang.
Editor punya beberapa makna, tergantung pada domain pemakaiannya. Dalam dunia pers, editor adalah orang yang bertugas untuk merencanakan dan mengarahkan penerbitan. Padanan katanya adalah redaktur. Dalam dunia pers, editor ada beberapa macam: pemimpin redaksi (editor-in-chief), redaktur pelaksana (managing editor), dan redaktur (editor). Adapun editorial adalah opini redaksi tentang suatu masalah.
Dalam dunia perfilman, editor adalah orang yang menyusun dan merakit film / pita rekaman dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.
Adapun dalam dunia penerbitan buku, editor adalah orang yang bertugas untuk mencari dan menyeleksi naskah, lalu menyunting isi, bahasa, ilustrasi, dan layoutnya, kemudian terakhir mengecek proof (naskah siap cetak).
Sampai disini sudah jelas kan apa itu editor.
Nah, selanjutnya saya akan fokus berbicara soal editor dalam dunia penerbitan buku. Sebagaimana sudah dinyatakan secara singkat diatas, tugas utama editor dalam dunia penerbitan buku ada tiga:
1. Membaca dan menilai naskah
Editor harus menentukan kelayakan terbit suatu naskah. Apakah cerita yang terkandung dalam naskah tersebut cukup berbobot untuk dibagikan pada pembaca? Apakah gaya berceritanya cukup enak dibaca sehingga tidak membingungkan yang membacanya? Selalu timbul pertanyaan, kalau buat saya naskah ini tidak menarik, apakah buat orang lain menarik? Kalau memang naskah ini tidak layak terbit, bagaimana menyampaikannya pada si pengarang?
2. Mengedit
Tugas ini makan waktu yang cukup lama. Ada dua macam editing: substansial editing dan mechanical editing. Substansial editing adalah mengedit substansi materi buku. Sedangkan mechanical editing adalah mengedit naskah buku dari sisi kebahasaan (seperti struktur kalimat, ejaan, diksi, dan sebagainya).
3. Membaca dan mengoreksi proof
Meskipun bisa dibilang lebih ringan daripada dua tugas diatas, membaca proof tidak boleh diremehkan. Justru di sini dibutuhkan ketelitian ganda: bagaimana caranya mencermati dan mencari kesalahan dari apa yang sudah (nyaris) sempurna.
Oke, sekarang kita bicara tentang macam-macam editor dalam dunia penerbitan buku. Mirip dengan yang ada di sebuah perusahaan pers, editor di perusahaan penerbitan buku biasanya terdiri atas: editor kepala, editor, copy editor, layout editor, right-editor, dan editor pembantu.
Editor kepala (chief editor) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan fungsi editing di perusahaan tersebut. Ia membawahi para editor. Sedangkan para editor itu sendiri biasanya menangani kategori-kategori tertentu. Misalnya, editor buku anak-anak, editor buku agama, editor buku fiksi, editor buku pelajaran sekolah, editor buku komputer, dan sebagainya. Para editor tersebut bertanggung jawab untuk mencari dan menyeleksi naskah, sesuai dengan target penerbitan yang telah dicanangkan.
Adapun copy editor (penyunting naskah) adalah orang yang bertugas untuk menyunting naskah dari sisi kebahasaan (mechanical editing). Layout editor bertugas untuk memberi arahan dan menyetujui layout (perwajahan) buku. Right editor khusus menangani masalah hak cipta. Sedangkan editor pembantu bertugas untuk meneliti proof (naskah yang siap cetak) dan memastikannya bebas dari kesalahan meski hanya satu kesalahan
Leia Mais

Jumat, 07 Desember 2012

Sejarah Editing Video


SEJARAH EDITING
 Sejarah Video Editing dimulai pada tanggal 28 desember 1895 dengan ditandai oleh untuk pertama kalinya orang menonton film petunjukan di sebuah ruang yang diproyeksikan ke sebuah layar. Lumiere bersaudara menyewa sebuah ruangan bilyar tua di bawah tanah di Boulevard des Capucines, Paris yang kemudian dikenal sebagai ruangan bioskop pertama di dunia, yang kemudian tempat itu dikenal dengan nama Grand Café. Mulai saat itu menonton film menjadi sebuah pengalaman yang baru untuk semua orang. 
Film The Jazz Singer yang disutradarai oleh Alan Crosland yang dibuat pada tahun 1927 merupakan film hitam putih pertama yang menyajikan secara lengkap musik, dialog dan nyanyian. Yang sebelumnya film berupa film diam tanpa dialog ataupun nyanyian. Hanya diiringi oleh live music performance.
Setelah lebih dari 100 tahun, teknologi produksi film telah berkambang dengan pesat. Dengan ditemukannya Video, yang dapat menggabungkan antara gambar dan suara dalam satu medium penyimpanan. Dengan adanya perkambangan ini, orang awam mudah dalam membuat video sendiri baik untuk tujuan komersial ataupun untuk koleksi pribadi.
Pada saat lumiere mulai membuat film, editing belum menjadi bagian dari proses pembuatan film. Karena pada saat itu film-film lumiere hanya terdiri dari satu buah shot (single shot) dengan panjang durasi yang sama dengan kejadian sesungguhnya (real time). Tidak ada manipulasi waktu.
Melies adalah orang pertama yang membuat film dengan melalui proses editing. Editing yang dilakukannya masih sangat sederhana. Film pertamanya yang menggambarkan perjalanan orang ke bulan (a trip to the moon) hanya menggunakan editing untuk kesinambungan bercerita (cutting to continuity). Melies melakukan editing untuk menyambung tiap2 adegan yang hanya terdiri dari satu shot untuk tiap adegannya (sequence shot).
Le Voyage Dans la Lune – A Trip to the Moon (1902)
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa editing terjadi apabila terjadi proses pemotongan dari banyak shot.
Seiring dengan perkembangan jaman, editing juga mengalami perubahan. Sebuah film tidak lagi terdiri dari satu shot untuk tiap adegannya. Kita juga kemudian mengenal adanya tipe shot. Sehingga editing memegang peranan yang cukup penting dalam pembuatan dalam sebuah film.
Dengan adanya editing, kita akhirnya mengenal adanya film time, waktu yang terjadi dalam film. Editing dapat melakukan manipulasi waktu dalam film. Sehingga waktu yang diciptakan bisa menjadi lebih singkat, atau malah sebaliknya menjadi lebih lambat. Sebagai contoh, sebuah kejadian 10 tahun bisa diceritakan hanya dalam waktu 10 menit. Begitu juga waktu yang hanya 10 menit, bisa diceritakan menjadi 1 jam.
Meskipun tahapan editing dikerjakan oleh editor dan dilakukan setelah proses pengambilan gambar, pemikiran editing (editorial thinking) sudah harus dilakukan oleh semua tim kreatif jauh sebelum pengambilan gambar dimulai. Sehingga ketika semuanya sudah masuk ke meja editing menjadi materi yang siap untuk diedit.
Leia Mais
 
Template designed using TrixTGTemplate Cinemateca, Criado Por: Katatempla.